Sabtu, 07 Mei 2011

Usir Nyamuk DBD dengan Menanam Kemangi, Laos, dan Jahe

JAKARTA, KOMPAS.com - Walikota Jakarta Pusat (Jakpus), Sylviana Murni, mengimbau warganya untuk memulai menanam sebanyak mungkin tanaman kemangi di halaman rumah masing-masing. Jenis tanaman perdu yang biasa jadi lauk lalapan sebagian masyarakat ini ternyata bisa menjadi pengusir nyamuk termasuk nyamuk aedes aegypti penyebar penyakit demam berdarah dengue (DBD).

"Jika warga ingin terhindar dari gigitan maut nyamuk itu, mulai sekarang harus menanam sebanyak mungkin Kemangi di halaman rumah masing-masing. Menurut hasil penelitian, tanaman ini dapat mengusir nyamuk penebar DBD," ujar Sylviana saat memberikan arahan dalam kegiatan keliling penanggulangan DBD di Kelurahan Johar Baru, Kecamatan Johar Baru, Jumat (17/4).

Sylviana mengatakan, selain kemangi, tanaman jahe dan lengkoas juga termasuk tanaman yang tak disukai nyamuk tersebut.

PSN

Menurut Sylviana, penanaman tiga tanaman tersebut merupakan cara alternatif untuk mengusir nyamuk. Namun, lanjut mantan Kepala Dinas Pendidikan Dasar DKI ini, pemberantasan nyamuk tersebut harus diimbangi dengan pelaksanaan PSN secara rutin yang harus dilakukan semua komponen masyarakat secara serempak.

"Jika ada satu rumah saja yang tak mau mengikuti PSN padahal di rumahnya terdapat nyamuk, maka PSN akan sia-sia dan percuma saja. Satu rumah yang terdapat nyamuk akan mengigit warga lainnya dan DBD akan kembali menyebar," papar Sylviana.

Mantan None Jakarta tahun 1981 itu mengatakan, sesuai data angka kasus DBD di Jakpus masih tetap tinggi. Pada tahun 2007 kejadian kasus mencapai 3876 jiwa meninggal 7, tahun 2008 kasus mencapai 3452 jiwa meninggal 2, dan 2009 sejak Januari hingga 16 April mencapai 1163 jiwa meninggal 3 orang. Bahkan dari 44 Kelurahan 9 kelurahan diantaranya masuk dalam peta zona merah atau rawan dengan korban berturut-turut 3 minggu mencapai diatas 9 jiwa.

Lurah Johar Baru, Maksum Saragih, mengakui, wilayahnya meduduki peringkat ke 3 kasus DBD tertinggi di Jakarta Pusat. Tahun 2009, sejak Januari hingga pertengahan April jumlah kasus mencapai 197 jiwa. Tingginya kasus diantara akibat banyaknya lahan kosong bersemak, banyaknya bangunan kosong, dan tingkat kepedulian masyarakat yang masih relatif rendah.